Translator : Raihan Hanafi
ED/Proofreader : Kayano
Petunjuk :
() : Monolog Masachika/Alisa/Masha/Yuki
Bab 5
Jika ingin membuat karakter, Hilangkan dulu rasa malu kita.
"Baiklah,Kalau begitu mari kita tentukan acara-acara untuk festival olahraga yang dikumpulkan melalui survei di sekolah... Tapi sebelum itu, ada sedikit pengumuman."
Pada pertemuan OSIS pertama setelah ujian tengah semester, Touya mengatakannya dan melirik ke arah Sarashina.
"Pada rapat komite beberapa waktu lalu, kursi ketua komite yang kosong sejak Festival Akamine akhirnya akan diisi oleh Chisaki. Pengumuman resmi akan dilakukan pada upacara pagi berikutnya."
Setelah pengumuman dari Touya, keempat orang lainnya—kecuali Maria yang mungkin sudah mendengar sebelumnya—mengernyitkan kening mereka secara serentak. Di antara mereka, Yuki dengan santai mengangkat tangan kanannya dan bertanya.
"Jadi maksudmu adalah bahwa Chisaki-senpai akan menjadi Wakil Ketua OSIS dan Ketua Komite Tata Tertib secara bersamaan?"
"Ya, itulah yang terjadi. Meskipun agak tidak biasa, karena tidak ada kandidat lain yang cocok untuk posisi itu."
Touya merasa "tidak ada pilihan lain" dengan jujur sambil sedikit merundukkan bahunya... atau bisa dibilang dia merasa sedih. Masachika juga terkejut dengan pengumuman tersebut pada awalnya, tetapi jika dipikir secara rasional, dia merasa cukup bisa memahaminya.
Komite Tata Tertib telah menjadi semacam pahlawan dalam mata para siswa setelah berhasil menenangkan kerusuhan saat Festival Akimine. Sumire sebagai wakil ketua komite tersebut bahkan dianggap sebagai penyelamat karena popularitasnya sendiri. Jika dia menjadi Ketua Komite Tata Tertib, maka ketertiban dan kedamaian di sekolah hampir dapat dipastikan... begitulah pikiran banyak siswa.
Namun demikian, pelaku utama kerusuhan itu adalah Yusho, saudara Sumire sendiri. Meskipun hanya segelintir siswa yang benar-benar mempermasalahkannya,dalam hal ini Sumire sendiri menolak jabatan Ketua Komite Tata Tertib karena alasan ini.Tetapi di sisi lain,tidak ada siswa yang puas jika Chisaki menjadi Ketua Komite Tata Tertib menggantikan Sumire.Tetapi hanya satu orang.
(Ah begitu ya... meskipun aku sudah mengesampingkannya dari calon karena dia adalah Wakil Ketua OSIS,tetapi jika itu Sarashina-senpai,maka semua pasti setuju)
Selain fakta bahwa Chisaki telah berperan besar dalam penanganan kerusuhan tersebut,dan juga dialah yang berhasil mengubah Komite Tata Tertib menjadi kelompok tempur seperti saat ini.
Pada awalnya,dia seharusnya menjadi ketua komite tata tertib seperti saat ia masih di bagian SMP,namun kemudian Chisaki menerima ajakan Touya untuk bergabung dengan OSIS dan kemudian warisan kepemimpinan diteruskan kepada Sumire.Sebagai hasil dari keputusan tersebut,Komite Tata tertib kembali ke bentuk semula.
"Jika begitu...Etto..selamat ya? Apa itu tidak masalah?"
Masachika tidak yakin, apakah ia harus bertepuk tangan atau tidak, dan secara bergantian menatap Chisaki dan Touya. Kemudian, Chisaki juga tampak terganggu oleh reaksi tersebut dan memiringkan kepalanya sambil tersenyum samar-samar.
"Nn~ entahlah? Yah,pada dasarnya aku akan seperti penasihat kehormatan gitu,kira-kira aku akan memberikan tanggung jawab operasional kepada Sumire....Namun,ya,mungkin frekuensi kunjungan ku ke OSIS agak berkurang"
"Ah, itulah yang membuat ketua terlihat rumit..."
"Ahaha~,ya itu dia,sangat lucu"
kata Chisaki sambil tersenyum penuh arti, lalu ia menekan bahu Touya yang terlihat agak lesu dengan tinju. Seragam Touya berderit-derit dan mengeluarkan suara gemeretak.
"Umm, jadi begitulah... Nah, mari kita mulai memilih acara-acara,"
ucap Touya sambil merapikan seragamnya yang berkerut-kerut. Para anggota eksekutif menundukkan kepala mereka ke dokumen di tangan mereka. Di sana terdaftar nama-nama acara untuk festival olahraga yang dikumpulkan melalui survei di sekolah, beserta deskripsi singkatnya.
"Perlombaan seperti lari 100 meter dan estafet 400 meter yang biasa dilakukan setiap tahun ada di papan tulis di sana. Kita butuh beberapa perlombaan unik yang tidak tumpang tindih dengan acara-acara tersebut..."
"...Ada beberapa jenis perlombaan yang agak terlalu ekstrem ya,"
Pada tsukkomi Masachika, semua orang tersenyum masam. Kemudian, dia mulai berbicara tentang kompetisi yang jelas-jelas dijadikan lelucon.
"Apa artinya berjalan di air terjun ini? Dari mana kita bisa mendapatkan air terjun?"
"Tarian Pedang, pasti dipengaruhi oleh festival sekolah kan?"
"Lomba Makan Es Krim, apa maksudnya?"
"Lomba Lari Mundur 20 Meter...Memangnya ada orang yang bisa mencapai garis finis dalam posisi mundur?"
"Eh, kita punya Sumo sebagai salah satu jenis perlombaannya... tapi rasanya itu tidak masuk akal."
"Ehm, sebenarnya masih oke-oke saja..."
Sementara semua orang asyik berdiskusi dengan semangat, Touya berkata dengan wajah tak menentu.
"Perlombaan seperti Pertarungan Tangan Kosong atau Pertempuran Senjata Putih, lebih tepat disebut latihan daripada perlombaan... Tentunya..."
Melihat banyaknya jenis perlombaan aneh selain dari apa yang disebutkan oleh Touya,mereka semua tampak ragu-ragu.Mereka menyadari alasan kenapa jenis-jenis lomba ini muncul juga
Sebenarnya,setelah Festival Akimine,minat siswa pada bela diri meningkat.Terlebih lagi,banyak calon anggota baru dari klub kendo yang sangat aktif dalam penanganan kerusuhan saat festival telah membanjiri klub tersebut.Dalam kasus ini,krisis tersebut memberikan pengaruh besar bagi siswa itu sendiri.
Insiden kekerasan saat festival sekolah,tentunya hal itu bisa menjadi trauma bagi siswa-siswa yang sensitif.Namun,tindakan para anggota Komite Tata Tertib untuk melawan para penyerbu saat insiden tersebut memberikan kesan mendalam bagi banyak siswa.Bagi siswa yang merasakan ketidakberdayaannya akan semakin tersentak,dan saat ini sedang berkembang tren bela diri untuk pertahanan diri.
"Inilah dampaknya.....Mungkin lebih baik memiliki gangguan emosional karena shock daripada gangguan fisik"
Sambil menggelengkan kepala,Touya menyatakan pendapatnya.Chisaki pun tersenyum puas,sambil mengiyakan ucapan Touya.
"Mungkin melakukan olahraga adalah sesuatu yg dianjurkan oleh guru kesehatan dan konselor.Jujur saja,tidak ada lagi siswa yg mengeluh tentang masalah fisik dan mental."
"Iya,itu sudah bagus....karena jiwa sehat adalah rumah bagi tubuh sehat"
"Ya ya"
Chisaki menganggukkan kepalanya dengan puas. Melihat ke arahnya, Masachika berkata.
"Aku juga mendengar keluhan teman laki-laki bahwa gadis manja yang cemas itu bergabung dengan klub pedang putri dan menjadi pejuang mental,lho"
"...Mendapatkan sisi baru dari dirinya adalah hal baik kan?"
"Tapi masalahnya adalah bahwa dia telah kehilangan sisi lamanya."
Chisaki tampak sedikit cemas dan Masachika menatapnya dengan tatapan tajam.Sebenarnya,Masachika ingin bertanya kepada Chisaki tentang alasan perubahan drastis ini karena dia sendiri pernah mendengar keluhan,Dia dulunya anak perempuan manja penyuka bunga.Dia bukanlah anak perempuan yang akan berkata 『aku bisa melindungi diriku sendiri hanya dengan duri mawar ,itu lucu』Namun,begitu ia ingin bertanya kepada Chisaki,Tatapannya membuat Masachika enggan bertanya.
"Yahh, aku bukan ketua dan pengawasan anggota adalah tugas Sumire kan? Aku dikasih tahu juga agak gimana gitu..."
"Yang membuat Sumire-senpai jadi seperti itu kan Sarashina-senpai ya? Dulu waktu baru masuk sekolah, Sumire-senpai itu tipikal gadis kelas atas yang sama sekali tidak terkait dengan kekerasan."
"A-Ahaha~... ya, memang benar"
Entah ia menyadarinya atau tidak, Chisaki dengan canggung mengalihkan pandangannya dan menatap ke bawah ke dokumen ......, dan mengalihkan topik pembicaraan dengan cara yang bisa dimengerti.
"Oh, masih ingat gak? "Teknik Jahit Baja" itu? Nostalgia banget~"
"Hah? Apa itu?"
"Ah, itu adalah teknik latihan yang ada di manga terkenal bernama "Peninggalan Jalan Penguasa Akhir"..."
"Manga? Benarkah"
Mendengar jawaban Masachika, Maria dengan santai menengok ke atas ...... dan segera setelah mata mereka bertemu, ia mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah dokumen-dokumen itu. Reaksi seperti itu bahkan membuat Masachika merasa tidak nyaman.
(Sialan, padahal udah berusaha untuk tidak memperhatikan...)
Sadar akan gejolak di dadanya, Masachika pun mengalihkan pandangannya kembali ke dokumen-dokumen yang ada. Tanpa berpura-pura memperhatikan keadaan keduanya, Chisaki, yang duduk di seberangnya, berkata dengan tulus.
"Wah benar-benar nostalgia. Aku juga pernah mencobanya~"
"Eh, beneran?"
Ketika Masachika menjawab antusias seperti itu, Chisaki mengangguk sambil tertawa.
"Iya bener kok. Bawa penggorengan dan set alat jahit ya~"
Sambil berkata begitu kemudian Chisaki melihat Maria yang tampak bingung dengan tanda tanya melayang di atas kepalanya dan memberikan penjelasan.
"Oh iya "Teknik Jahit Baja" ini adalah teknik latihan yang dilakukan oleh tokoh utama dalam manga tersebut... Dia bisa melihat aliran energi dan menggunakannya untuk memindahkan tenaga tanpa harus menggunakan kekuatan fisik. Bahkan menjahit piring baja dengan jarum pun menjadi mudah baginya..."
"Waktu itu lagi nge-trend banget kan~ Aku bukan fans real-time sih tapi waktu lihat bordir harimau di baju zirah sang guru dalam cerita itu berasa keren banget."
"Begitulah. Kau tau gak waktu aku baca cerita itu aku lagi berusaha merubah diriku sendiri... Jadi pengaruhnya sangat besar bagiku saat itu..."
"Ahh begitu... Saat sedang melakukan modifikasi setan atau latihan gitu ya kamu bacanya?"
"Iya iya tepat sekali! Itu kan teknik tempur untuk tokoh utama yang tadinya lemah tapi ingin menjadi kuat. Waktu itu aku masih lemah banget jadi pas banget buat aku... Sejak saat itulah setiap hari aku fokus melihat aliran energi supaya bisa menggunakan panci gorenganku."
"Kamu melakukan hal tersebut selama waktu yang lama ternyata."
"Sampai SMP-an lah kayaknya."
"Lebih lama dari perkiraanku!"
"Iya betul! Terus ketika masuk SMP aku menemukan fakta yang sangat mengejutkan... Kalau sebenarnya energi semacam aliran energi pada objek mati nggak ada sama sekali dan manusia nggak mungkin bisa melihat hal semacam ini menggunakan mata biasa..."
"Bagaimana bisa kamu masuk ke Sekolah Seire tanpa tahu itu?"
"Aku kaget banget waktu tahu fakta itu... "Kalau begitu apa yang terlihat oleh mataku sekarang?!""
"Terlihat kan?!"
"Tidak mungkin, jadi Sarashina-senpai adalah pengguna Teknik Lubang Energi..."
"Oh? Yuki-chan tahu tentang ini?"
"Ah, iya aku tahu karena dulu waktu SD anak laki-laki di kelas pada heboh membicarakannya."
Melihat Yuki yang hampir saja melongo karena kaget, Masachika dengan santai kembali ke topik pembicaraan.
"Hmm, ya sepertinya selain Sarashina-senpai tidak ada orang lain yang bisa melakukannya, jadi kita tetap tidak akan memilih kompetisi ini."
"Ah tidak juga, aku juga nggak bisa menjahit piring baja dengan jarum."
"Eh seriusan?"
"Iya. Jarumnya bisa masuk tapi benangnya malah sering kusut dan tersangkut di lubang jarum. Aku bingung harus gimana ya?"
"Mungkin benangnya menyatu dengan ujung jarum gitu ya?"
"Oh iya mungkin begitu."
"Beralih ke topik lain, Kompetisi Domino Kelas ini kelihatannya cukup menarik kan?"
"Memang... Tapi susah nggak ya ngerjain domino di luar? Kalau ada angin pasti jadi kacau."
"Selain itu kalau tanahnya kerikil kayaknya dominonya nggak bakal berdiri kan?"
"Hmm, bener juga ya."
Tepat setelah Touya memberikan pendapat pertamanya, anggota lain mulai serius berdiskusi seperti mereka sudah mempersiapkannya. Tidak perlu ada sindiran.
"Gimana kalau kita coba Lomba Lari Pijakan Kaki ini~?"
"Jadi salah satu rintangan dalam perlombaan rintangan lari mungkin?"
"Iya. Tapi kalau begitu saat balapan harus melepas sepatu ya... Gimana cara penyelesaiannya ya?"
"Detailnya bisa diserahkan ke panitia pelaksana festival olahraga kan? Aku juga tertarik dengan Lomba Lari Pijakan Kaki ini tapi sulit banget untuk menyiapkan banyak matras pijakan kaki... Aku setuju untuk menjadikannya sebagai bagian dari perlombaan rintangan lari."
"Ah begitu ya..."
"Angkat Karung Tanah tahun lalu juga cukup ramai dan boleh dipertimbangkan lagi kan?"
"Iya. Itu bisa dilakukan bersamaan dengan perlombaan lainnya juga kan."
"Iya betul."
"Gimana kalau Lomba Lari Pelayan? Apa menurutmu itu ide bagus?"
"Pelayan... Oh iya itu. Lari sambil membawa nampan berisi gelas...Nah ini pasti kamu yang menang sendiri kan!"
"Hahaha~. Tapi kelihatannya cukup seru kan? Persiapannya pun mudah kok."
"Yahh~ Kalau kurang ada jenis perlombaan lari kompetitif seperti itu kita boleh mempertimbangkannya bukan?"
Dengan demikian mereka memutuskan jenis-jenis acara secara keseluruhan dan setelah sejenak beristirahat...Tiba-tiba Yuki mengeluarkan suara.
"Ngomong-ngomong, tentang kavelari tahun ini..."
Kata-kata yang diucapkan secara alami oleh Yuki membuat Masachika dan Alisa merasa curiga secara refleks.
Sambil tersenyum sinis pada mereka yang sedikit terkejut,Yuki bertanya kepada Touya.
"Peserta hanya aku dan Alya-san saja bukan?"
"Hm? Ah iya benar."
"Kalau begitu...bagaimana?"
Setelah mengakhiri pembukaannya, Yuki tersenyum manis dan menyatukan kedua tangannya sambil berkata.
"Kalau satu lawan satu, cepat banget selesainya. Bagaimana kalau pertandingan Kavelari tahun ini kita jadikan pertandingan tim dengan tiga orang dari masing-masing pihak?"
Ini adalah usulan yang tampaknya benar-benar hanya peduli pada kemeriahan festival olahraga. Sebenarnya, usulan itu sendiri cukup sah "Mari kita jadikan ini kompetisi tim karena kompetisi satu lawan satu tidak cukup menarik" Namun, ...... usulan tersebut hanya merugikan Masachika dan Alisa.
(Dia...! Dia tahu kalau kami tidak akan bisa mengumpulkan sepuluh kolaborator!)
Dengan adanya tiga penunggang kuda dari setiap pihak, maka akan ada dua belas peserta. Kecuali mereka yang sudah setuju seperti Sayaka dan Nonoa, mereka harus mencari delapan orang lagi sebagai Kolaborator. Mengumpulkan jumlah pendukung yang kuat seperti itu mungkin mudah bagi Yuki sebagai mantan ketua OSIS, tapi sulit bagi Alisa sebagai siswa pindahan.
(Aku bisa mengumpulkannya dengan memanfaatkan koneksiku... tapi itu nggak akan banyak membantu. Ah sial, kenapa dia melakukan hal yang menjengkelkan ini!)
Meskipun di dalam hatinya ia merasa kesal dan frustasi, Masachika dengan tenang langsung memberikan tanggapan.
"Memang benar kalau dalam pertandingan satu lawan satu selesai dengan cepat, tapi kenapa nggak kita buat menjadi tiga babak saja? Kalau dua kemenangan beruntun pasti ada hasil yang jelas dan cukup seru."
"Tapi kan tiga babak pasti melelahkan secara fisik kan? Kalau misalnya ada yang terjatuh dari kuda dan langsung berakhir begitu saja, melanjutkan pertandingannya bakal sulit juga kan? Selain itu..."
Yuki segera mengurangi saran Masachika dan meletakkan tangannya di pipi dan menurunkan alisnya.
"...Antara Aku dan Ayano serta Masachika-kun dan Alya-san perbedaan postur tubuhnya terlalu besar sampai-sampai nggak ada persaingan yang adil kan? Pertandingan sepihak kayak gitu malah kurang seru kan? Dalam pertandingan tim kita bisa menciptakan suasana di mana semuanya bergantung pada strategi. Makanya aku pikir ini ide yang pas."
(Dia... dia sendiri bilang gitu!)
Masachika merasa kesal dalam hatinya pada Yuki karena menggunakan kelemahan mereka sebagai perisai. Setelah ini dikatakan, tidak peduli bagaimana Masachika dan Alisa berdebat, sepertinya mereka hanya ingin menggertak yang lemah. Dan jika mereka mengatakan ...... bahwa ini bukan pertandingan yang setara, para olahragawan di tempat ini tidak akan diam.
"Apa kata Yuki-chan memang bener juga. Tinggi badannya terlalu jauh"
Seperti yang sudah diperkirakan oleh Masachika dan Yuki, Chisaki mengangguk dan meninggikan suaranya. Ada aturan tak tertulis dalam kampanye pemilihan bahwa ketua dan wakil ketua OSIS tidak boleh ikut campur dalam pemilihan ketua junior, dan faktanya Touya diam saja, tapi Chisaki mungkin hanya berbicara sesuai dengan sportivitas. ...... sama sekali tidak peduli dengan aturan yang tidak tertulis. Atau mungkin saja dia bahkan tidak menyadari bahwa pernyataannya ini dapat mengganggu pemilihan presiden berikutnya.
Bagaimanapun, sangat penting bahwa wakil ketua mendukung usulan Yuki.
(Gawat,Masalahnya kami jadi keliatan kayak penjahat padahal usulannya melawan aturan)
Masachika merasa cemas karena situasinya mulai keluar kendali namun saat itulah Alisa yang selama ini diam memberikan suara.
"Bagaimana pendapatmu Masha"
Masachika terkejut dengan kata-kata ini.
(Ya betul aku harus bawa Marha ke pihakku.. Jika Marha bersama kami...)
Saat ia menoleh ke arah Maria dengan harap-harap cemas,Maria menyentuh bibir bawahnya sambil menjawab santai.
"Pertandingan Kavelari ya? Alya-chan nanti mau berpasangan sama siapa?"
"Aku masih belum yakin antara Sayaka-san atau Nonoa-san"
Ketika Alisa menjawabnya sambil sedikit memperhatikan Yuki dan Ayano, Maria menggembungkan pipinya.
"Eeeh~ Kenapa engga ajakin aku~ Aku juga mau ikutan balapan Kavelari~!"
"Eeeee!?"
Masachika terkejut dengan pernyataan tersebut, yang secara langsung menghancurkan niat Masachika dan Alisa. Yuki kemudian mengambil kesempatan tersebut dan segera mencoba menarik Maria.
"Ara~, jika Masha senpai berkata begitu, mungkin lebih baik kita melakukan pertandingan kelompok. Masha senpai juga bisa ikut."
"Ah iya. Aku setuju. Kalian berdua juga setuju kan?"
Yuki mengangkat mulutnya seolah sedang melakukan sesuatu, dan Chisaki menganggukkan kepalanya dengan sangat tulus. Dan Maria dengan senyum polos. Di depan ketiganya, Masachika dan Alisa menyadari kekalahan mereka.
◇◇◇
"Sialan, kita kalah..."
"Tidak ada pilihan... Sebenarnya ada alasan di balik usulan pertandingan kelompok."
Setelah rapat OSIS selesai. Masachika dan Alisa kembali ke ruang kelas dan mengadakan rapat darurat tentang perlombaan lari.
"Tapi apa yang harus kita lakukan? Jika begitu, ajak Takeshi dan Hikaru juga dan 2 anggota Fortitude lainnya... Selain Masha-san, kita masih membutuhkan lima orang lagi."
"Ya benar..."
"Apa ada yang terlintas dalam pikiranmu?"
"... "
Meskipun bertanya dengan harapan tipis, Alisa hanya diam tanpa berkata apa pun. Karena Masachika juga tahu hal itu, dia tidak mengatakan apa-apa dan mulai berpikir.
"... Bagaimana jika kita membentuk tim penuh sembrono?"
"Tim penuh sembrono?"
"Maksudku agar tidak kalah dari mereka, siapapun yang Yuki bawa, kita bisa membawa beberapa pemain basket tinggi dari klub olahraga. Meskipun kurang dikenal tapi mau membantu beberapa orang mungkin--"
"Aku pasti menolak!"
Mata Masachika bergetar saat mendengar penolakan keras yang memutuskan pembicaraan di tengah kalimat.
"Kenapa?"
"Meski kau tanya begitu..."
Menanggapi pertanyaan tulus Masachika, Alisa mengerutkan kening dan mengusap matanya. Kemudian, sambil melihat sekelilingnya secara diagonal ke bawah, dia berkata dengan kesal.
【Kenapa aku harus menyentuh pria lain selain kamu?】
"!?!?"
Masachika hampir saja meledak saat melihat orang Rusia yang tak terduga itu. Mencoba sekuat tenaga untuk menahannya, Masachika berusaha sekuat tenaga untuk mengencangkan otot-otot wajahnya sementara Alisa membuang muka.
(Kamu benar-benar... Apa maksudmuuuu!! Kenapa kamu bilang seperti ituuu!!)
Sambil berteriak di dalam pikirannya tanpa kosakata yang memadai, Masachika menggigit giginya dengan kuat. Lalu, ia berusaha menyembunyikan ekspresi yang terlihat aneh dan bertanya kepada Alisa.
"Apa maksudmu?"
"...Aku bilang aku tidak mau berpasangan dengan pria yang aku tidak kenal."
"...Ya, meskipun begitu. Memiliki tiga pria sebagai dasar tim kita adalah keuntungan yang luar biasa..."
"Aku sudah mencari tahu, Dalam pertandingan Kavelari empat orang, dua orang di belakang akan membungkukkan pinggang mereka di atas lengan atau bahu dua orang lainnya. Itu artinya... dua orang di belakang akan menyentuh pantatku..."
Setelah mengucapkan itu, Alisa merasakan sensasi ketakutan dan memeluk tubuhnya sendiri. Lalu dia menatap tajam dan berteriak.
"Tidak! Aku benar-benar menolak!"
"(Dia benar-benar pemilih)"
Jika siswa sekolah mendengarnya, mereka mungkin berkata "Tidak perlu mengatakannya sejauh itu..." dengan lesu. Masachika memberikan tanggapan kecil dengan suara pelan. Tapi pada kenyataannya itu bisa menjadi masalah.
(Memang benar, jika pria yang salah dipilih oleh Alya maka dia akan menjadi tidak berguna... Bagaimanapun juga, jika Alya menolak sejauh ini maka aku tidak bisa memaksanya)
Sambil meringkuk pelan, Masachika mempertimbangkan kembali.
"Jadi, mari masukkan Masha-san ke tim kita saja... Masha-san mungkin sudah punya rencana. Sisanya lima orang..."
Mereka membahas hal tersebut bersama-sama dan akhirnya memiliki empat kandidat.
"Ya. Untuk sementara waktu, Ajaklah kepada mereka besok termasuk Takeshi dan Hikaru... Tapi bagaimana dengan satu gadis lagi untuk menjadi pasangan dalam pertandingan Kavelari..."
Kemudian Masachika menyebutkan beberapa siswi yang memiliki popularitas dan pengaruh di sekolah.
"... Yah, itulah beberapa nama terkenal di sekitar sini...Apa kamu kenal seseorang?"
"Aku pernah bertemu beberapa dari mereka saat kegiatan OSIS... tapi hanya sebatas saling kenal."
"Yahhh, senior-senior memang begitu"
Masachika mengangguk pelan, karena dia tidak memiliki harapan sama sekali. Dia kemudian bersandar di kursinya dan menatap langit-langit, memiringkan kepalanya dengan kesal.
"Hmm~ Apa yang harus dilakukan~..."
"...Bagaimana dengan dia?"
"Hm?"
Masachika menoleh ke bawah saat Alisa melanjutkan dengan ragu-ragu.
"Itu ... anggota klub kerajinan tangan."
"...Ahh Slit Paisen?"
"Ya ... atau lebih tepatnya aku tidak tahu nama aslinya."
"Kalau harus dikatakan urutan kesepuluh"
"Hah?"
"Tidak apa-apa. Yah Slit Paisen tetap Slit Paisen jadi baik-baik saja."
"Itu tidak bagus"
Masachika dengan cepat mengabaikan omelan Alisa dan menyilangkan tangannya.
"Hmm, Kalau kita meminta tolong kepadanya mungkin akan setuju, tapi Slit Paisen itu popularitasnya di antara senior-senior nggak begitu tinggi. Tapi dia cukup dikenal di kalangan junior... Tapi kalau kita mempertimbangkan popularitas dan tinggi badan, sebaiknya cari gadis-gadis kelas dua atau bahkan tiga..."
"Aku hampir tidak punya kenalan di antara senior-senior. Apalagi yang mendukungku... Jadi..."
"Ya, untuk itu aku bisa menggunakan koneksiku sendiri..."
"Tapi--"
"Tidak apa-apa kalau ada satu orang yang menjadi "Kolaborator" kan? Selain Masha-san, orang-orang lain adalah pendukungmu."
Ketika mengatakan hal ini kepada Alisa, yang membuka mulutnya tanda tidak setuju, dia berpikir dalam hati selama sepuluh detik dan kemudian mengangguk tanda tidak setuju.
"Ya, mungkin satu orang saja..."(Alisa)
"Meskipun begitu, sulit mencari seseorang yang sama sekali tidak dikenal olehmu... Hmm~ Kalau begitu kamu harus mengenalnya dan dia harus mendukungmu... Dan juga perlu memiliki popularitas yang cukup di antara siswi lainnya..."(Masachika)
Setelah memikirkannya sejenak, Masachika menggeram karena parahnya kondisi tersebut.
"Sulit ya... Kebanyakan Kolaborator adalah Kolaboratornya Yuki juga... Jadi jika ada seseorang yang tidak mendukung Yuki..."
"Sepertinya begitu..."
"Hmm... Oh ya! Kamu tahu Kitagawa-senpai dari klub merangkai bunga sebagai wakil ketua?"
"Hmm? ...Tidak. Mungkin pernah bertemu dengannya tapi tidak tahu nama aslinya."
"Ah begitu... Bagaimana dengan Kanazawa-senpai dari klub voli tahun ketiga? Dia sangat tinggi kan?"
"Aku pernah melihatnya tapi belum pernah berbicara."
"Lalu... Minami-senpai dari klub sastra tahun kedua? Dia rambut pendek dan tinggi serta memakai kacamata merah..."
"...Aku tidak kenal."
"Hmm~ Begitu ya..."
Dan pada saat itulah, Masachika menyadari bahwa suhu tatapan mata Alisa menurun drastis.
"...Alya? Ada apa?"
"Ada apa emangnya?"
"Nggak apa-apa... Cuma agak menyeramkan aja tatapanmu"
"Bukan karena itu. Aku hanya berpikir kalau kamu adalah partner yang dapat diandalkan."
Setelah mengatakan hal ini, Alisa perlahan-lahan melipat tangannya dan menyilangkan kakinya. Kemudian, dia mendorongnya untuk melanjutkan dengan senyum dingin yang sama sekali bukan senyum di matanya.
"Lanjutkan. Siapa lagi siswi yang kamu pikirkan?"
"...Tidak ada untuk sekarang"
Itu bohong. Sebenarnya masih ada satu orang dalam pikiran Masachika. Namun ia merasa bahwa lebih baik tidak menyebutkannya lagi karena terlalu berbahaya.
"Oh begitu?"
Dengan pandangan curiga kepada Masachika selama beberapa detik lamanya, Alisa mengkerutkan bahunya secara singkat.
"Begitukah..."
Masachika merasa lega mendengarnya──
"K-kalau begitu, ceritakan bagaimana kalian bertiga menjadi teman sekarang?"
"Eh?"
"Bagaimana pertemuan dan proses kalian dengan ketiga orang itu?"
"...Apa itu penting?"
"Tentu saja, sebagai referensi untuk meningkatkan jumlah Kolaborator"
Itu adalah pernyataan yang sungguh-sungguh dan berdedikasi. Seperti polisi yang memeriksa tersangka.
"Etto, Kita coba mulai dengan Kitagawa-senpai... Jadi, ada kesempatan untuk mencoba merangkai bunga bersama dan dia suka bunga yang kubuat... Jadi kita mulai berbicara sedikit demi sedikit."
"Hmmm..."
"Lalu Kanazawa-senpai... Saat aku pergi ke gedung olahraga untuk tugas OSIS, secara kebetulan dia mengirim serangan yang langsung mengenai kepalaku..."
"Fuuu...Ummm?"
"Akibatnya aku mengalami guncangan otak ringan... Karena dia memiliki rasa tanggung jawab yang kuat, dia sangat peduli padaku... Dan dari situlah kami mulai menjadi akrab."
"Uhmm..."
"Dan Minamisenpai...Kita memiliki ketertarikan yang sama dalam Light Novel dan dari situlah kami menjadi dekat."
"Hmm..."
Setelah mendengarkan penjelasan singkat Masachika, Alisa tiba-tiba tersenyum dengan rasa bangga.
【Aku lebih dramatis kan!】
(Apa maksudmu?!)
"Nee~, jadi apa rencananya? Apa kita mencoba menghubungi ketiganya terlebih dahulu?"
Setelah ditanyakan oleh Masachika, Alisa terdiam sejenak dan wajahnya tampak sulit. Setelah berpikir selama sepuluh detik lebih lama lagi, ia menanyakan pertanyaannya melalui celah di antara giginya.
"Ngomong-ngomong ada calon pria lainnya juga?"
"Eh? Yah mungkin ada tapi tadi kamu bilang tidak suka pria kan..."
"Itu hanya untuk memastikan! Hanya memastikan!"
"Ehh~ Kalau begitu seperti yang kukatakan tadi mungkin bisa mencoba anggota senior tim bola basket atau semacamnya..."
Masachika menyebut beberapa calon sesuai permintaannya tetapi Alisa tidak mengenal nama-nama tersebut. Dengan wajah frustasi seperti menelan pil pahit,Alisa terdiam.
"Jadi... bagaimana selanjutnya?"
Entah mengapa, saat Masachika dengan rasa takut yang sangat. bertanya kepada Alisa yang tampak sangat bimbang, Alisa menggigit bibirnya dengan tegas dan perlahan membuka mulutnya──
"Oh, itu dia! Oi, Kuzeku~n♪"
Suara pintu geser yang berderik diikuti oleh suara manja yang terkesan berlebihan bergema di dalam ruang kelas.
Ketika mereka berdua berbalik secara bersamaan, seorang siswi dengan rambut hitam panjang dikepang ke samping muncul dan mendekat sambil melambaikan tangannya. Ia memiliki postur tubuh yang proporsional dan rok pendek yang memperlihatkan kaki panjang tanpa ragu. Pita seragamnya berwarna biru, menunjukkan bahwa ia adalah siswi tahun ketiga. Penampilannya penuh dengan keceriaan dan kesempurnaan seperti seorang idola, serta memiliki aura gadis cantik yang ramah dan ceria... Namun reaksi Masachika terhadap itu adalah senyum lelah sedikit terpaksa.
"Ehh~ apa maksudmu dengan reaksi itu? Elena-senpai ini akan merasa tersinggung tahu!"
"Ahaha... Aku hanya kehilangan HP-ku secara instan karena aura ekstrovert Elena-senpai..."
"Hahaha! Kau ini ngomong apa! Kuze-kun tidak perlu khawatir tentang hal seperti itu!"
"Hahaha... Yah, sebagai pecinta budaya otaku aku harus agak waspada terhadap orang-orang ekstrovert..."
Masachika menjawab agak monoton sambil bahunya dipukul keras-keras. Lalu siswi itu menoleh ke arah Alisa dengan senyuman menyenangkan.
"Oh maaf ya tiba-tiba begitu, Alisa-chan. Bolehkah aku meminjam Kuze-kun sebentar?"
"Ah tentu saja. Narahasi-senpai..."
"Panggil aku Elena-senpai saja"
"Ah baik..."
"Senpai, Alya ini benar-benar takut pada orang-orang ekstrovert jadi tolong diperhatikan."
"Sungguh? Apa aku terlalu akrab?"
"Tidak apa-apa... Elena-senpai."
"Ahh ternyata Alisa-chan bisa lebih santai daripada dulu. Baiklah, kalau begitu mari kita memperlakukan satu sama lain tanpa formalitas."
"Caramu menutup jarak"
"Oh, bagus sekali~ Tsukkomi yang bagus seperti biasanya."
Siswi tersebut tertawa dan mengacungkan jempol atas tsukkomi yang diberikan Masachika dengan tatapan dingin.
Namanya Narahasi Elena. Dia adalah siswi kelas tiga di Akademi Seirei, ketua klub musik dan ...... terlebih lagi, dia juga merupakan wakil ketua OSIS generasi sebelumnya. Karena itu, ia masih mengunjungi kantor OSIS dari waktu ke waktu untuk berinteraksi dengan para siswa yang lebih muda, membantu pekerjaan mereka, atau sekadar minum secangkir teh dan pulang ke rumah. Pada Festival Akimine baru-baru ini, ia aktif sebagai wakil ketua panitia festival sekolah.
(Karena kepribadiannya yang baik dan perhatian pada junior-juniornya di klub musik membuat dia sangat disukai oleh mereka... Selain itu dia mantan wakil ketua OSIS jadi cukup populer juga...)
"Hahaha jarang sekali ada siswa di sekolah ini yang bisa menjawab balasan pedas kepada Elena-senpai seperti itu~ Baguslah baguslah! Mari datang lebih sering! Jangan ragu untuk menyindirku tanpa memperdulikan 'senior' atau 'senpai' katakan saja apa adanya! Oh iya maaf jika aku sering menyindirmu ya?"(Elena)
"Karakteristik"(Masachika)
"Ahh bahaya nih rasanya seperti sedang dibidik oleh tatapan dingin juniorku."
"Ingin menyadarkan akan kebodohanmu?"
"Inilah pencerahan...? Mataku terbuka sekarang... Tidak, tidak mungkin aku mengerti! Kalau hasrat seks diambil dariku, apa yang akan tersisa?!"
"Nafsu makan dan keinginan tidur."
"Ini adalah perwujudan dari tiga keinginan manusia, kan..."
"Hanya bercanda. Yang tersisa adalah kekayaan, popularitas, dan Elena-senpai yang cantik."
"Kuhh, tidak adil...! ...Eh? Tidak buruk juga ya?"
"Malahan itu bagus."
"Ah begitu ya... Eh, tapi aku belum mengerti!"
"Aku tidak menyuruhmu untuk mengerti sepenuhnya, tapi apa kau bisa lebih tenang sedikit?"
"Ahh~ jangan dong~ Aku masih ingin bermain-main dengan para wanita."
"Berenang dengan wanita?"
"Hmm~ Tsukkomi yang bagus. Bagus~"
Dengan tingkah laku Elena yang mengejutkan bahkan adiknya Yuki dalam mode imut terkejut melihatnya, Masachika menatapnya dengan mata datar.
"Apa kamu benar-benar ingin aku menertawakanmu seperti itu?"
Masachika berkata dengan suara dingin dan Elena hanya tersenyum lebar sambil bergerak-gerak secara berlebihan.
"Ehh~? Ahaha... Tentu saja bukan itu maksudku. Aku hanya ingin Elena-senpai merasa puas..."
"Bukan itu maksudku."
"Ahaha...Memang bukan itu maksudku kok?"
Sambil menggaruk-garuk kepalanya karena malu, Elena berkata dengan riang sambil tersenyum lebar.
"kita tahu bahwa sekolah ini penuh dengan orang-orang baik hati yang hanya bisa melewatkan lelucon atau orang-orang kuat seperti Kuze-kun yang harus bertindak sebagai pelawak. Sulit menemukan teman yang bisa menjadi lawan main dalam lelucon tanpa beban di hati."(Elena)
"Mungkin lebih baik jika kamu tetap bertindak bodoh tanpa mempedulikan mereka... Karena pada dasarnya kamu serius..."(Masahcika)
"Oii! Jangan bilang aku serius! Itu salah! Elena-senpai bukannya orang biasa dan genit!"(Elena)
"Tapi jarang sekali mendengar cerita lucu darimu..."(Masahcika)
"Itu karena Elena-senpai bukanlah tipe wanita yang terikat pada satu pasangan tertentu!"(Elena)
"Iya iya, jadi karaktermu begitu kan? Elena-senpai."(Masahcika)
"Jangan sebut karakterlah!"(Elena)
Masachika semakin memandangi Elena yang marah sambil tetap mempertahankan ekspresi acuh tak acuh dan akhirnya ia masuk ke pokok pembicaraan.
"...Jadi ada apa sebenarnya?"
"Ah iya benar"
Setelah akhirnya dia ingat tentang topik utama pembicaraannya, Elena mengubah ekspresinya menjadi lebih serius dan memberikan senyuman gemerlap kepada Masachika.
"Kuze-kun, maukah kamu membuat kontrak denganku dan menjadi Raja Harem☆?"
"Pergilah dari sini."
"Kenapa!!"
Setelah mendapat penolakan langsung untuk pergi dari Masachika, Elena mengetuk meja Masachika dengan kedua tangannya.
"Ayo jadi Raja Harem! Sebagai siswa SMA laki-laki tentunya kamu akan setuju tanpa ragu-ragu!"
"Itu harem versimu adalah klub musik kan?! Dan sebagai raja di sana artinya kau adalah ketua klub bukan?! Aku tidak punya alasan untuk menjadi raja di situasi itu!"
"Oh jadi kau sudah tahu ya Kuze-kun."
"Kono kono~" sambil menghantamkan siku yang menyerang dengan tangan, Elena tampak sedikit serius.
"Hmm, maaf. Mau aku jelaskan dari awal?"
"Haaah."
"Raja Harem itu cuma lelucon. Aku pengen Kuze-kun jadi pemain piano di klub musik"
""!?""
Kata-kata itu membuat Masachika dan Alisa terlihat agak tegang. Tanpa memperdulikan reaksi mereka, Elena mengangkat kedua tangannya dengan ekspresi bingung.
"Piano sebenarnya ditangani oleh anak kelas tiga~ Tapi katanya anak itu mau ujian masuk universitas jadi baru-baru ini berhenti, Jadi sekarang klub musik tidak punya pianis. Yah, sebenarnya piano tidak dibutuhkan di setiap lagu, dan pada dasarnya semua orang masuk klub musik karena pengen main alat tiup... Jadi gak ada yang mau meneruskan posisi itu."
"Yahh, orang yang mau main piano pasti pergi ke klub piano kan..."
"Begitulah. Nah, aku sedang memikirkan hal itu..."
Sambil menganggukkan kepala dengan wajah lembutnya, Elena meletakkan lengannya di pundak Masachika.
"Uwahh...aku terpukau nih? Gak nyangka ada bakat seperti ini di dekatku."
"Haaah."
"Maka dari itu, ayo kita berkontrak dan jadi Raja Harem!"
"Aku enggak akan jadi."
"Kenapa!!"
"Soalnya aku cuma punya citra buruk buat orang yang maksa kontrak kayak gitu. Lagian ini lebih kayak kontrak budak daripada Raja Harem..."
"Eiiits! Jangan bilang kontrak budak...Fufu, cuma ngajakin ikutan kegiatan klub aja kok☆"
"Kau belum pernah bilang gitu!?"
"Ughh! Kamu kuat banget nolaknya...Aku tidak menyangka bakalan ditolak sekeras ini..."
"Malahan kenapa kamu pikir ajakan kayak gitu bakal gampang diterima?"
Melihat pandangan skeptis Masachika, Elena sedikit mengubah ekspresinya dan berkata dengan nada suara yang berbeda.
"Ada banyak cewek cantik lohh~"
"Apa hubungannya dengan ajakan itu?"
"Buat acara utama kok~"
"Maksudmu acara pertunjukan musik kan!?"
Alisa memandang Masachika dengan mata yang berkaca-kaca, dan Elena terlihat bingung.
"Kuze-kun, kau tidak tertarik dengan Harem...?"
"Bukan masalah itu."
"Mengapa? Aku menunjukkan keseriusan yang begitu besar padamu."
"Apa artinya keseriusan?"
Masachika bertanya balik dengan wajah serius, membuat Elena merasa frustasi dan memeluk tubuhnya sendiri dengan ekspresi kecewa.
"Pandanganmu... tunjukkan keseriusanmu secara lebih jelas!? Aduh! Baiklah... jika begitu, aku akan turun tangan sebagai ketua klub!"
"Tidak perlu sungguh-sungguh seperti itu."
"Pembayaran harus dilakukan dengan pembayaran yang setara, kan!? Nah, lakukan apa pun yang kamu mau. Pukulkan nafsu birahimu pada tubuhku yang sedang dalam masa terbaik!"
"Masa terbaik...?"
"Jika kamu ingin mendengarkan piano bermain, biarkan Elena-senpai ini bermain! Biarkan Elena-senpai memainkan "Neko Funjatta" dengan tubuhnya!"
""...""
"Oh ya. Menatapku diam-diam dan bertanya "Apa yang dia bicarakan?" seperti itu...Hehe, bisa tolong jangan melakukannya?"
Dalam sorotan dingin dari pandangan Masachika, Elena tertawa canggung dan menggaruk kepalanya. Melihat ekspresi tersebut, Masachika mengeluarkan napas panjang dan berkata.
"Jika kamu berpikir begitu, mintalah secara normal..."
Masachika memberikan tatapan lelah pada senpai-nya, yang tidak pernah sekali pun memintanya dengan cara yang sopan. Kemudian Elena menggerakkan alisnya dengan sentakan, menyingkirkan kejenakaannya dan menatap Masachika dengan wajah serius yang menakutkan.
"Itu artinya... kau ingin aku membungkukkan kepalaku padamu?"
"Bukan itu maksudku. Jika saja kau bisa minta secara normal--"
"Hah! Kau meremehkanku ya? Sebagai mantan wakil ketua OSIS ini diharuskan membungkukkan kepala pada seorang anggota biasa tahun pertama."
Dengan senyum sinis di bibirnya, Elena melemparkan kata-kata tersebut seolah-olah mengabaikan semuanya -- kemudian dia langsung bersujud di tempat.
"Tolong. Bergabunglah menjadi penyelamat klub musik"
"I-Ini benar-benar rendah hati..."
"Tolooong~ Aku butuh piano Kuze-kun untuk konser terakhir SMA~! Aku akan melakukan apa pun yang aku bisa untukmu!"
Akhirnya Elena mulai bergantung pada lengan Masachika sambil tetap berlutut di depannya. Bahkan Masachika juga merasakan rasa bersalah.
"Walaupun kau bilang apa pun... sebagai mantan wakil ketua.... dalam pemilihan--"
Tapi sebelum ia melanjutkan kalimatnya bahwa ia tidak dapat membantu mereka dalam pemilihan atau apapun itu ...dan Masachika tiba-tiba menyadari sesuatu.
(Eh? Tapi ...Kavelari itu hanya acara hiburan kan?)
Tidak peduli bagaimana persepsi orang-orang terhadap hal tersebut atau bagaimana pikiran para pihak terlibat.
Kompetisi ini hanya sebagai tontonan dan,sebenarnya, partisipasi tidak wajib. Jika ya, maka ......
(Meskipun dia mantan wakil ketua, tapi ini adalah area abu-abu. Yah, pada dasarnya aturan tidak tertulis memang aturan tidak tertulis. Dan bukanlah aturan yang ditetapkan secara eksplisit...)
Jadi intinya adalah siapa yang bisa meyakinkan orang lain.
(Dan juga...)
Sejak mendengar kata "piano", Masachika dengan sinis tersenyum mengingat bayangan ibunya yang terus berada di dalam pikirannya.
(Aku sudah menyelesaikan masalah dengan Maa-chan... Aku juga harus melupakan hal itu segera.)
Dia berpikir demikian dan bertukar pandangan dengan Alisa. Lalu mereka saling memahami dengan tatapan mata dan perlahan-lahan Masachika bertanya kepada Elena.
"Kau bilang akan melakukan apa pun?"
"Eh?"
Elena mengangkat kepalanya dengan ekspresi terkejut.
"Bayaran dengan tubuh... Kau bilang begitu kan tadi?"
"Eh, E...Eh?"
Melihat ekspresi junior yang tampak mencurigakan, Elena bangkit dari tempat duduknya dan wajahnya menjadi tegang saat dia melihat bergantian antara Masachika dan Alisa. Pipinya memerah dan matanya berkaca-kaca...
"Ha..."
"?"
"Hari ini celana dalamku nggak lucu jadinya aaaaahhh!!"
"Jangan kabur sambil berteriak sesuatu yang bisa menimbulkan kesalahpahaman!!"
Sambil melindungi tubuhnya dengan kedua lengannya, Elena seperti kelinci yang sedang menangis lari menjauh. Teriakan marah Masachika pun mengikutinya.
◇◇◇
"... Apakah semuanya baik-baik saja?"
Setelah mengejar Elena yang melarikan diri dan selesai berdiskusi di ruang kelas setelah itu, Alisa kembali ke tempat duduknya sambil ragu-ragu bertanya kepada Masachika.
"Hm? Yah, dia sampai bersujud padamu... Selain itu membantu klub olahraga dari festival hingga konser Desember... Jika Elena-senpai bersedia membantu kita dalam kondisi tersebut, maka itu adalah harga murah."
Menanggapi pertanyaan Alisa, Masachika mengangkat bahunya sambil tersenyum kecut.
Pada akhirnya, Elena setuju untuk berpartisipasi dalam lomba Kavelari dengan syarat. Namun, karena syarat itu sendiri juga merupakan kesepakatan yang diajukan oleh Masachika, seolah-olah Elena telah menerima kondisi Masachika secara keseluruhan. Sebagai imbalannya, Masachika setuju untuk membantu klubnya atas permintaan Elena.
"Tapi seharusnya dia menunggu setelah festival olahraga... Dia memang benar-benar orang yang serius atau bisa dibilang memiliki akal sehat... Dia bahkan datang hari ini tanpa menunggu festival sekolah setelah ujian, pasti dia menunggu periode ujian berakhir."
Masachika tertawa kecil melihat seniornya yang penuh perhatian dan teliti, bertolak belakang dengan karakter eksentriknya. Namun, Alisa bertanya lagi.
"Apa kamu yakin?"
"?"
"Tentang... menjadi sukarelawan untuk piano."
Masachika memainkan piano. Hal ini menjadi perhatian Alisa. Kenyataan bahwa Masachika menatapnya dengan penuh curiga, membuat kepercayaan diri Alisa sedikit berkurang, tetapi ia mengambil keputusan dan menebak-nebak.
"Masachika-kun...Apa mungkin kamu tidak suka piano"
Itu adalah intuisi yang muncul saat mendengarkan penampilan piano Masachika di Festival Akimine.
Mendengarkan penampilan Masachika, pada awalnya Alisa merasa "Mengapa?" dan merasa tidak senang.
Mengapa dia menyembunyikan kemampuan bermain piano? Mengapa dia memiliki keterampilan seperti itu tapi tidak ingin bergabung dengan band? Mengapa dia memperlihatkan kemampuannya di tempat seperti ini?
Rasa kesal seperti itu mulai mereda ketika mendengarkan penampilan Masachika ... dan pada akhirnya, jawaban atas pertanyaannya sendiri muncul dalam pikirannya.
Masachika tidak suka piano. Atau bahkan bisa jadi dia membencinya.
Tebakan Alisa yang hampir mirip intuisi itu membuat Masachika terkejut saat melihat reaksinya.
(Ternyata memang benar)
Dengan keyakinan dari reaksi tersebut, Alisa berkata---
"Jika kamu mencoba melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak kamu inginkan...Apa kita harus berhenti sekarang? Kita bisa mencari orang lain untuk membantu dalam Kavelari"
Kata-kata Alisa membuat Masachika mengalihkan pandangan dengan ekspresi ragu. Kemudian setelah beberapa detik keheningan, ia perlahan-lahan membuka mulutnya.
"... Tidak, bukan berarti aku membenci piano atau melakukan sesuatu secara paksa kok?"
Alisa merasakan bahwa jawaban tersebut berasal dari hatinya secara langsung setelah beberapa waktu diam. Namun... pada saat yang sama, ia juga menyadari bahwa itu adalah pengelakannya lagi.
(Ah, lagi...)
Lagi. Sekali lagi, pada titik krusial, Masachika menghindar dan salah arah. Seolah-olah dia menolak untuk membiarkan Alisa melangkah lebih jauh.
Ketika dia melakukannya, Alisa masih tidak dapat mengatakan apa-apa.
(Tinggal bilang saja tidak suka "Apa yang kamu benci?" atau "Kenapa kamu tidak mau bergabung dengan band?" aku bisa bertanya tentang itu. Sekarang.)
Meskipun dia berpikir begitu di dalam hatinya, tapi suaranya tidak keluar dari tenggorokan. Jika dia mengatakannya, dia merasa Masachika akan menjauh. Di depan Alisa yang membeku tanpa bisa melakukan apa pun, Masachika tersenyum sinis.
"Yahh, sebaliknya juga bukan berarti aku memiliki semangat khusus... Itu mungkin sedikit mengkhawatirkan."
"Khawatir?"
"Mereka bilang saat paduan suara atau pertunjukan bersama, sinkronisasi semua orang itu penting? Tidak peduli seberapa hebat tekniknya jika hati kita tidak satu... seperti itu lah."
Dengan nada lelucon seperti biasa, Masachika berkata.
"Jadi ya, orang sepertiku ini yang tidak tertarik dengan musik tiup atau pertunjukan bersama secara khusus mungkin akan menjadi kekecewaan. Meskipun tadi aku sengaja tidak mengatakannya kepada Elena-senpai."
Melihat Masachika tersenyum dengan penuh kepura-puraan tersebut, Alisa menyadari.
(Jadi kamu...)
Ketidakpedulian terhadap musik. Itulah alasan Mengapa Masachika tidak ingin bergabung dengan band. Dia merasa bahwa ketidaktertarikan dirinya sendiri akan menahan orang-orang di sekitarnya. Menyadari hal itu, Alisa teringat perasaan serupa yang baru-baru ini dia rasakan.
(Aku sendiri tidak tau apa itu cinta...)
Dia sendiri yang tidak memiliki emosi untuk menjadi bersemangat seperti orang lain. Seperti merasa bahwa hanya dirinya sendiri adalah manusia buruk dan dingin...
(Apa kamu juga merasakannya?)
Saat memikirkan itu, bibir Alisa mulai bergerak.
"Aku tidak berpikir seperti itu."
Dengan nada tegas kata-kata tersebut dilontarkan oleh Alisa dan membuat Masachika terkejut melihatnya. Dia menatap balik matanya secara langsung dan Alisa berkata.
"Mungkin kamu memang tidak memiliki semangat untuk musik. Tapi..."
Alisa tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu Masachika. Namun karena dia telah melihat dekat dengan Masachika, ada satu hal yang bisa dikatakan dengan keyakinan.
"Aku pikir kamu adalah seseorang yang bisa membakar semangat untuk mendukung orang-orang yang memiliki semangat. Seperti bagaimana kamu telah bekerja keras untuk mendukung semua anggota Fortitude... Dan seperti kamu sudah memutuskan untuk mendukungku dalam pencalonan ini."
Dia bangkit dari kursinya dan meraih tangan Masachika. Dalam hati nya ia ingin kata-kata tersebut sampai ke hati masachika saat ia menatap mata nya dengan penuh perhatian.
"Jadi... pasti akan baik-baik saja. Aku yakin kamu bisa mewujudkannya harapan Narahasi-senpai dengan baik-baik saja karena itulah kamu... Jadi...jangan menyiksa dirimu sendiri."
Kata-kata terakhir tersebut keluar begitu saja tanpa ia sadari kenapa ia mengucapkannya seperti itu, namun ketulusan dari dalam hatinya saat melihat sosok Masachika membuat kata-kata tersebut keluar begitu saja.
Namun saat melihat mata Masachika yang bergetar setelah mendengar kata-kata itu... Alisa juga menyadari bahwa kata-katanya benar. Masachika sedang menderita. Di balik sikapnya yang konyol dan santai, di balik sikapnya yang acuh tak acuh. Mungkin, sudah lama...
"!"
Saat dia menyadari hal itu, Alisa tidak bisa menahannya lagi. Hatinya terasa sesak seperti ditekan dengan erat... Tanpa sadar, dia memeluk Masachika dengan kuat dari depan.
Lalu, menghadap telinga Masachika yang berada tepat di sebelahnya, dengan susah payah ia mengeluarkan suara dari tenggorokannya.
"Suatu hari nanti..."
Kata-katanya hampir terputus. Rasa takut yang bersarang di dalam hatinya...melangkah lebih jauh. Rasa takut itu mencekik tenggorokan Alisa dan mencoba memaksanya untuk menutup mulutnya.
Namun Alisa berjuang sekuat tenaga melawan rasa takut itu dan dengan suara serak ia berbisik kepada Masachika.
"Suatu hari nanti...maukah kamu menceritakan padaku tentang penderitaanmu...?"
Terkait pertanyaan penuh keberanian dari Alisa tersebut, Masachika tidak langsung memberikan jawaban. Setelah jeda panjang yang membuat hati Alisa seperti ditusuk-tusuk... Akhirnya, Masachika menganggukkan kepalanya dengan pelan.
Melihat persetujuan tanpa kata-kata tersebut, rasa lega dan sukacita memenuhi dada Alisa. Dengan lebih kuat lagi ia meraih kedua lengannya dan memeluk Masachika erat... Dalam perasaan puas itu, tiba-tiba ia berpikir.
(Ah... Sekarang bisa kukatakan ya?)
Dia telah lama bingung tentang bagaimana cara menyampaikan hal ini... Tapi pada saat terakhir dia berubah pikiran menjadi "tidak".
(Mungkin akan lebih baik setelah pemilihan selesai.)
Ya, setelah pemilihan selesai dan jika mereka menang ... Itu akan menjadi momen yang tepat untuk berkata dengan bangga. Untuk itu,
(Aku harus memastikan untuk menang dalam pemilihan.)
Dengan tekad baru dalam dirinya sendiri, dia melihat Elena yang sedang melihat ke arah mereka dari pintu masuk ruangan.
""!""
Mereka saling pandang dan pada saat bersamaan keduanya tersentak. Dan setelah beberapa waktu membeku... Elena adalah orang pertama yang pulih.
"Ah, a-aku tidak membicarakannya secara spesifik, itu sebabnya-"
Wajah Elena perlahan memerah saat ia mengalihkan pandangannya dengan intens dan mengucapkan kata-kata yang bertubi-tubi. ......
"A-Aku tidak melihat apa pun, aku tidak akan memberitahu siapa pun!!"
Dia lari menjauh sambil berteriak seolah-olah melihat tempat pembunuhan sungguhan. Di belakangnya,
"Jadi tolong jangan kabur sambil berkata hal-hal yang akan menimbulkan kesalahpahaman!?"
Teriakan marah Alisa membuat Elena kembali hidup kembali dalam pelarian mereka.
makin lama bahasa rusianya makin dikitðŸ˜ðŸ˜
BalasHapus😞
BalasHapus